Ilmuwan Temukan Lebih Banyak Kandungan Air di Jupiter
2 min readIlmuwan Temukan Lebih Banyak Kandungan Air di Jupiter
TUMIQQ– Ilmuwan Temukan Lebih Banyak Kandungan Air di Jupiter Jupiter kemungkinan memiliki lebih banyak air daripada yang diperkirakan para ilmuwan selama ini. Itu terlihat dari data baru yang rilis dari Juno, wahana antariksa NASA, yang menunjukkan bahwa air dapat membentuk sekitar 0,25 persen molekul di atmosfer di atas garis khatulistiwa Jupiter.
Perhitungan tersebut didasarkan pada prevalensi komponen air, hidrogen, dan oksigen, yang tiga kali lebih banyak daripada di Matahari. Pengukuran baru yang diperoleh Juni jauh lebih tinggi dari misi sebelumnya.
DIBACA JUGA : JACKPOT BERMAIN BANDAR Q DI KEMBARQQ 06 – Maret 2020
Maka seberapa banyak air yang diserap Jupiter akan membantu para ilmuwan mengidentifikasi teori-teori yang paling logis untuk menjelaskan pembentukan Jupiter.
Data yang diperoleh Galileo pada saat itu menunjukkan air di Jupiter 10 kali lebih sedikit daripada yang diperkirakan para ilmuwan.
Namun anehnya, jumlah air tampak meningkat saat Galileo masuk semakin dalam ke atmosfer Jupiter. Menurut ahli, Galileo berhenti mentranmisikan data pada kedalaman sekitar 75 mil.
Pada saat yang bersamaan, sebuah teleskop inframerah berbasis darat mampu mengukur konsentrasi air di Jupiter dan menunjukkan bahwa Galileo mungkin secara tidak sengaja mengenai titik kering. Artinya, air tidak tercampur dengan baik jauh di dalam atmosfer Jupiter.
Data milik Juno juga menunjukkan kurangnya pencampuran atmosfer. Radiometer pesawat ruang angkasa itu memperoleh data yang bahkan lebih dalam dari pengukuran Galileo, pada 93 mil ke dalam atmosfer Jupiter, dan menemukan lebih banyak air di ekuator daripada yang didapat Galileo.
Dilansir laman Space.com, para ilmuwan sekarang sedang menunggu untuk membandingkan pengukuran ekuatorial Juno dengan pengamatan di utara planet ini. Di mana Juno perlahan bergerak ke utara untuk memeriksa lebih banyak kemungkinan.
Penelitian baru ini telah dijelaskan dalam sebuah makalah yang diterbitkan di jurnal Nature Astronomy pada 10 Februari.